Parceiros

Estatisticas do Site

PUBLICIDADE

Blog Archive

Super Ofertas

Diberdayakan oleh Blogger.

Pedidos

Benteng Van Der Wijck Gombong


Hasil gambar untuk sejarah kota kebumen jawa tengah
Fort Generaal Cochius (Benteng van der Wijck) di Gombong Keboemen (ca. 1930 KITLV)
Benteng Van Der Wijck adalah bangunan benteng peninggalan kolonial Belanda. Benteng ini berada di wilayah Gombong, kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Bangunan ini memiliki metamorfosa sejarah yang sangat disayangkan kurang diketahui oleh masyarakat Kebumen pada umumnya. Bahkan pada akhirnya terjadi kesalahan dalam penentuan kurun waktu benteng ini dibuat. Kini para wisatawan yang berkunjung di objek wisata ini terlanjur mempercayai bahwa benteng Van Der Wijck dibangun pada tahun 1818 seperti yang tertera pada berbagai sisi ruangan di dalam benteng “AKU DIBANGUN TAHUN 1818″. Dengan dilengkapinya data sejarah di Benteng ini akan lebih menambah daya tarik tersendiri sebagai pariwisata sejarah di Kebumen.

Pelurusan Sejarah Benteng Van Der Wijck
- Sebelum tahun 1844
Sebelum tahun 1844, Benteng Van der Wijck merupakan bangunan kantor Kongsi Dagang VOC di Gombong. Bangunan tersebut sama sekali bukan berupa benteng. Besarnya kekuatan Dipanegara yang berpusat di bagelen selatan (sekarang kabupaten Kebumen) pada tahun 1825 – 1830, mengakibatkan Belanda mendatangkan bala bantuan pasukan VOC dalam jumlah besar dari Batavia dan menempati kantor Kongsi Dagang VOC di Gombong. Tempat tersebut kemudian dijadikan pertahanan militer Belanda dalam melawan kekuatan Dipanegara di Bagelen Selatan hingga masa penyerangan besar – besaran Belanda serta pembumihangusan pendopo kota raja kabupaten Panjer yang menjadi pusat kekuatan terakhir (1832). Peristiwa tersebut merubah status kantor Kongsi Dagang Gombong menjadi markas pertahanan Belanda di Gombong. Meski demikian, bangunan tersebut belum diubah menjadi benteng.

Berdirinya Benteng Gombong/Fort Generaal Cochius
Pada tahun 1844 dibangunlah sebuah benteng Pertahanan Belanda di bekas kantor kongsi dagang VOC di gombong. Bangunan ini bertujuan untuk pertahanan dalam rangka persiapan perang melawan Kesultanan Yogyakarta. benteng ini dibangun selama 4 tahun (selesai pada tahun 1848: sayang angka tahun di atas gerbang utama benteng yang dahulu disisi selatan telah hilang). Benteng ini kemudian diberi nama Fort Cochius/ Fort Generaal Cochius, diambil dari nama Letnan Jenderal Frans David Cochius, seorang komandan di Hindia Belanda yang memimpin pasukan Belanda di Gombong pada masa perang Dipanegara 1825 – 1830. Benteng ini dibangun oleh tentara corp. Zeni Belanda. Dari 1400 buruh yang bekerja dalam proyek tersebut, 1200 orang di antaranya berasal dari Kabupaten Bagelen, sedangkan sisanya berasal dari Kabupaten Banyumas. Para buruh yang diawasi oleh pengawas yang diambil dari daerah masing – masing. Para buruh dibayar 15 sen / hari, sedangkan Pengawas mendapat 1 florin / hari. Bahan baku bangunan seperti kalsit dan kayu berasal dari kabupaten sekitar Bagelen, sebagian besar dari Banyumas.

Arsitektur Benteng
Benteng /Fort Cochius berbentuk segi delapan, dengan tinggi 10 meter dan luas permukaan 7.168 m2. Dindingnya memiliki ketebalan 1,4 m. Struktur ini terdiri dari dua lantai, lantai pertama memiliki empat pintu masuk dan 16 kamar besar, masing-masing berukuran 18 m x 6,5 m. Ada lagi 27 kamar dengan berbagai ukuran, 72 jendela, 63 menghubungkan dan keluar pintu, 8 tangga menuju ke lantai dua, dan 2 tangga darurat. Di lantai dua terdapat 70 pintu penghubung, 84 jendela, 16 kamar besar masing-masing berukuran 18 m x 6,5 m, 25 kamar kecil dan 4 tangga menuju ke atap, 2 dari 4 tangga tersebut tidak diperuntukkan untuk umum, dengan kondisi masih asli. Benteng ini memiliki atap piramida yang terbuat dari bata merah, dalam bentuk bukit-bukit kecil dengan 2 lubang ventilasi di atas. Atap berukuran 3 m x 3 m x 1,5 m. Ada dua jenis pintu: pintu utama dan pintu yang mengarah ke kamar. Pintu utama terdiri dari 4 buah masing-masing berukuran 3,25 m x 3 m sedangkan pintu kamar masing-masing berukuran 2,3 m x 2,1 m.
Pada tahun 1856 benteng/Fort Cochius berubah menjadi Pupillenschool (Sekolah Taruna Militer) untuk anak-anak Eropa yang lahir di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Benteng/Fort Cochius berubah nama menjadi benteng/Fort Van der Wijck sebagai penghormatan kepada Van der Wijck atas jasanya kepada pemerintah Belanda dalam bidang kemiliteran di Hindia belanda.

Lukisan wajah F.D. Cochius ketika berpangkat  Luitenant-Generaal (sekitar tahun 1850)
Lukisan wajah F.D. Cochius ketika berpangkat Luitenant-Generaal (sekitar tahun 1850)
Riwayat Van Der Wijck
Ada tiga nama Van Der Wijck yang dikenal pernah bertugas di Hindia Belanda khususnya di Jawa. Nama benteng Gombong yang kini dikenal dengan nama Van Der Wijk sangat besar kemungkinan diambil dari salah satunya. Sebelum menguraikan mengenai ketiga Van Der Wijck, ada sebuah kejanggalan yang kita dapati di benteng tersebut berupa tulisan “Van Der Wijck” yang kemungkinan itu dibuat jauh setelah benteng tersebut berdiri sebagai pengganti tulisan “Chocius”. Hal itu mungkin terjadi pada masa salah satu dari ke tiga Van Der Wijk berkuasa di Jawa. Ini dikaitkan dengan adanya beberapa nama dalam pintu masuk benteng yang ternyata salah satunya merupakan nama dari orang tua Jenderal Chocius. Secara logika, ketika ada nama orang tua dari Chocius terlebih benteng tersebut dinamakan “Fort Geneeral Chocius”, seharusnya nama Chocius tertera di benteng (terlebih nama orang tuanya pun ditulis). Namun yang kita dapati adalah Van Der Wijk. Dari logika tersebutlah bisa dimungkinkan adanya perubahan nama/tulisan Chocius menjadi Van Der Wijk oleh pembesar militer Hindia belanda pada masa tertentu.
Lukisan wajah Jonkheer C. van der Wijck (sekitar tahun 1850) - Van Der Wijk yang ke 2
Lukisan wajah Jonkheer C. van der Wijck (sekitar tahun 1850) – Van Der Wijk yang ke 2

  1. Majoor Generaal Harmen Jan Van der Wijck; ahli perbentengan yang bertugas saat gubernur jendral Deandles dan Janssen. Tetapi karena sebelum perang Diponegoro sudah pensiun dan kembali ke Belanda, nama Van der Wijck yang satu ini jelas tidak mungkin.
  2. Luitenant Generaal Carel Van der Wijck; Ia merupakan anak sulung dari Majoor Generaal Harmen Jan Van der Wijck. Pada tahun 1837, ia menjabat direktur genie KNIL dan terlibat dalam pembangunan benteng di Ambarawa, Gombong dan Ngawi. Pada tahun 1847 ia menggantikan Cochius menjadi kepala KNIL. Pada tahun 1848 ia meresmikan benteng Fort Generaal Cochius. (Sudah menjadi kelaziman hanya mengabadikan nama tentara yang sudah non aktif sebagai penghormatan, apalagi yang dianggap berjasa).
  3. Luitenant Generaal Johan Cornelis Van der Wijck; Ia adalah keponakan Luitenan Generaal Carel Van der Wijck. Ayahnya adalah Herman Constantinj Van der Wijck merupakan adik dari Carel Van der Wijck. Karir militernya cukup pesat karena koneksi dua orang kakaknya yakni Carel Herman Aart Van der Wijck (Gubernur Jendral Hindia Belanda) dan Herman Marinus Van der Wijck (Menteri Kelautan Belanda).(sumber data M. Parwoko)
Riwayat Singkat Van der Wijck yang ke 3 (sumber data Wikipedia)
Van der Wijck inilah kemungkinan yang mengakibatkan hilangnya tulisan Chocius dan munculnya tulisan dinasti “ Van Der Wijck”.
Jhr. Johan Cornelis van der Wijck  lahir pada tanggal 11 Januari 1848 di Buitenzorg (kawasan Istana dan Kebun Raya Bogor). Ia adalah adalah seorang Letnan Jenderal dari Militer Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang menjabat sebagai Gubernur Aceh. Van der Wijck dididik di Koninklijke Militaire Academie dan pada tahun 1869 dan dipromosikan menjadi Letnan Dua. Pada tahun 1874 ia dipromosikan menjadi Letnan Satu dan menjadi Komandan Departemen Militer III. Van der Wijck menjadi Kapten pada tahun 1888, Mayor di tahun 1892 dan Letnan Kolonel pada tahun 1894. Pada 1895 dan 1898 ia menjadi Komandan militer di Palembang. Selanjutnya pada tahun 1880 ia menjadi Komandan Infanteri di Magelang. Pada tahun 1898 Van der Wijck dipromosikan menjadi Kolonel dan pada tahun 1900 ia berpangkat Mayor Jenderal dan menjadi Komandan Utama dari Departemen Militer II di Jawa. Kemudian ia menjadi Kepala Persenjataan Infanteri serta Kepala Departemen II Kementerian Perang Belanda di Hindia Belanda.

Karena kualitasnya, Pemerintah Belanda mengangkat Van der Wijck menjadi Kepala KNIL pada tahun 1903. Pada tahun 1904 Van der Wijck menjadi Gubernur Sipil dan Militer sementara di Aceh. Setahun kemudian ia diberhentikan dari tugasnya di Aceh. Pada tahun 1905 Van der Wijck menjadi Letnan Jenderal, Komandan Tentara dan Kepala Departemen Perang di Hindia Belanda. Pada tahun yang sama ia menjadi anggota Komite Palang Merah Pusat Hindia Belanda. Atas permintaannya sendiri Van der Wijck pensiun dari militer pada tahun 1907. Ia mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Belanda atas jasa – jasanya. Dia mendapat gelar Kesatria Singa Belanda dan menerima Medali Aceh untuk prestasi militernya di Kraton selama Perang Aceh. Dia juga mendapat Gelar Kehormatan atas aksi militernya di XII dan XXVI Mukims di Aceh pada tahun 1879.

Van der Wijck meninggal dunia pada tanggal 12 Oktober 1919 dan dimakamkan di Algemene Begraafplaats (General Cemetery) di Den Haag.

Adapun beberapa nama yang masih terpampang di beberapa pintu masuk benteng seperti: F.A. Kortz (lahir di Grisse 1828), A.R. Dibbetz (Ibu F.D. Cochius ), L.J.L.T. Van Gorkum (Kapten Infanteri 1866 pada masa Van den Bosch), L.H. Deeleman,  dan K. F.W. Bouwensch adalah pejabat –pejabat militer setelah masa Cochius, artinya sama sekali bukan pada masa kurun 1818 seperti yang tertera di Benteng Van der Wijck saat ini.

Semoga data ini bisa menjadi wawasan baru bagi masyarakat Kebumen pada khususnya dan masyarakat indonesia pada umumnya terhadap sejarah Benteng/Fort Generaal Cochius yang kemudian dikenal dengan nama Benteng/Fort Van der Wijck.

Kebumen, Senin Pahing,  8 April 2013
Oleh: Ravie Ananda
*Revisi 14 Oktober 2013
sumber:
    • Tropen Museum.
    • De Java Oorlog 1825 – 1830.
    • Ibrahim, Alfian. “Aceh dan Sabil PERANG.”
    • P.J.F Louw, Kaarten En Teekeningen DE JAVA – OORLOG van 1825 – 1830, No. 2; Vestelijk Gedeelte van het Oorlogtoonel; Batavia; Topographisch Bureau 1897.
    • M.D, Sagimun, Pahlawan Dipanegara Berjuang (Bara Api Kemerdekaan Nan Tak Kunjung Padam), 1956, Jogjakarta, Tjabang Bagian Bahasa, Djawatan Kebudajaan Kementerian P.P. dan K. Jogjakarta MCMLVII.
    • Materi napak Tilas Dipanegara Hari Kebangkitan Nasional di Kebumen; Ravie Ananda; 2012
    • Indonesian Heritage: Awal Sejarah Modern. Vol. 3, ed. Anthony Reid, Sian Jay dan T.  Durairajoo. Singapura: Editions Didier Millet, 2001.
    • De legercommandant J.C. van der Wijck. Het Nieuws van de Dag voor Nederlands Indië; 1907.
    • Hermeten Topographisch Bureau; 1900.
    • Jonkheer van der Wijck J.C. overleden. Nieuwe Courant; 1919.
    • Alphabetische naamlijst van gepensioneerde Nederlandsche koloniale Ambtenaren, Officieren, en Hunne Weduwen en Weezen door R.P. Van den Bosch; S’ Gravenhage; 1866.
    • Sejarah Dinasti Kalapaking; R. Tirta Wenang Kalapaking; 1997.
    • Stamboomzooker.nl.
    • pusat dokumentasi arsitektur; 2008.
    • wikipedia.
Artikel ini dipublikasikan juga di:
Majalah Mediaobsesi Kebumen
Ravie Ananda
"Fakta dan data sejarah akan datang seiring pudarnya sejarah itu sendiri, karena pada hakikatnya sejarah adalah sesuatu yang pasti dan tidak bisa dipungkiri sebagai pohon semesta yang kokoh berakar. Alam memiliki mekanisme ajaib dalam memunculkan kebenaran seperti juga masa depan yang menunjukkan jalannya sendiri" - Ravie Ananda

About admin

Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.

2 komentar:


Top